The White Castle (Orhan Pamuk)
The White Castle yaitu novel historis karya peraih nobel sastra 2006 – Orhan Pamuk yang berutur mengenai jati diri, kontradiksi dan persahabatan antara seorang budak Italia dengan seorang cendekiawan Ottoman di kala ke 17.
Kisah yang ditulis berdasarkan sudut pandang perjaka Italia terpelajar sebagai narator (namanya tak pernah disebutkan hingga akhir) dalam kisah ini, diawali ketika ia sedang berlayar dari Venesia menuju Napoli. Di tengah perjalanan, kapalnya berpapasan dengan armada perompak Turki sehingga dirinya ditangkap dan dibawa ke Istanbul sebagai tawanan. Karena keahliannya dalam banyak sekali hal, termasuk bisa mengobati tawanan lainnya, ia menerima perlakuan istimewa dibanding tahanan lainnya.
Kabar perihal keahliannya menyembuhkan penyakit hingga ke indera pendengaran seorang Pasha yang meminta dirinya untuk menyembuhkan sang Pasha yang sedang sakit. Si perjaka Italia berhasil menyembuhkan sang Pasha, namun ia tetap seorang tawanan dan tinggal dalam penjara.
Suatu ketika si perjaka Italia kembali dipanggil ke Istana Pasha. Ia dipertemukan dengan seseorang yang biasa dipanggil oleh Pasha sebagai “Hoja” yang berarti “guru”. Begitu terkejutnya si perjaka Italia alasannya yaitu orang yang dipangil Hoja itu sangat menyerupai dengan dirinya.
Karena Pasha menerima kabar bahwa si perjaka Italia yaitu seorang cendekiawan yang mahir akan banyak sekali ilmu pengetahuan, ia ditugasi untuk membantu Hoja mempersiapkan pertunjukan kembang api yang megah untuk perayaan ijab kabul Pasha. Setelah jadinya pertunjukkan itu sukses si perjaka Italia kembali dimasukkan kedalam sel penjara.
Beberapa hari lalu si perjaka Italia kembali dipanggil oleh Pasha ke istananya. Pasha mengatakan pilihan eksekusi mati atau kebebasan baginya asal ia bersedia menjadi seorang Muslim. Namun ia tak bersedia mengubah kepercayaannya walau harus mempertaruhkan kepalanya dihadapan algojo. Walau si perjaka Italia tetap tak bersedia menjadi seorang Mulsim, sang Pasha tak jadi menghukumnya, melainkan memberikannya pada Hoja untuk dijadikan seorang budak
Sebagai budaknya, Hoja, sang cendekiawan Ottoman yang haus akan pengetahuan Barat, memerintahkan budaknya (pemuda Italia) untuk menurunkan segala pengetahuannya padanya. Dan mulailah si budak mengajarkan semua kepandaiannya dalam hal astronomi, kedokteran, teknik dll. Hoja menguras semua pengetahuan dan pengalaman hidup si budak. Lambat laun Hoja dan budaknya melaksanakan penelitian bersama-sama, menemukan bersama-sama, dan mengembangkan diri bersama-sama.
Kebersamaan antara Hoja dan budaknya semakin intens, hingga jadinya suatu pertanyaan filosofis keluar dari verbal Hoja. “Kenapa saya menyerupai ini?” Dari pertanyaan ini jadinya mereka saling menulis perihal diri mereka sendiri termasuk dosa-dosa yang pernah mereka lakukan dalam hidup mereka. Dengan menulis perihal diri mereka masing-masing, mereka meyakini bahwa mereka bisa menemukan jati diri mereka yang sejati.
Dilain pihak, kepandaian Hoja dan budaknya tak luput dari perhatian Sultan. Hoja diangkat menjadi peramal Istana. Dan mereka berdua diharuskan mengarang dongeng ajaib, menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan sains, astronomi, astologi, menafsirkan mimpi Sultan, memerangi wabah mematikan, hingga merancang sebuah senjata mematikan untuk menaklukan musuh. di Istana Putih.
Keterikatan antara Hoja dan budaknya semakin lekat, mereka saling menyebarkan kepandaian dan pengalaman hidup. Lambat laun mereka menjadi gundah akan jati diri mereka alasannya yaitu masing-masing memposisikan dirinya dengan ‘kembaran’ mereka hingga tertukarnya jati diri mereka. Hoja seolah menjadi si budak, si budak seolah menjadi Hoja. Puncak pertukarannya yaitu ketika ternyata senjata yang mereka buat gagal menaklukan Istana Putih dan Hoja (atau si budak ?) pergi meninggalkan Turki.
The White Castle (Beyaz Kale) yaitu novel hisoris yang merupakan novel ketiga Orhan Pamuk yang diterbitkan pada tahun 1985 dan merupakan karya pertama Pamuk yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Karya inilah yang menjadi awal ia bereksperimen dengan teknik postmodern, berubah total dari gaya naturalis di awal karyanya. Pada tahun 1990 novel ini diterjemahkan dengan sangat baik oleh Victoria Holbrrok sehingga banyak orang menyangka bahwa karya Pamuk ini memang aslinya ditulis dalam bahasa Inggris. Novel ini memenangi Hadiah Independen untuk Fiksi Asing pada 1990 di Inggris. Dalam edisi bahasa Indonesia, novel ini merupakan karya Pamuk kedua yang diterjemahkan oleh Penerbit Serambi, sehabis sebelumnya menerbitkan My Name is Red (2006), dan kabarnya beberapa karya Pamuk lainnya termasuk yang paling anyar “Snow” sekarang sedang dipersiapkan untuk diterbitkan.
Seperti yang menjadi ciri khas karya-karya Pamuk, The White Castle juga masih berkisar dengan tema kegamanangan atau hilangnya identitas yang antara lain diakibatkan oleh benturan antara nilai-nilai Barat dan Timur. Hal ini tampak pada tokoh Hoja dimana Hoja tampak begitu mengagumi pengetahuan dan budaya barat hingga ingin menguras habis semua ilmu yang ada di kepala budaknya (pemuda Italia).
The White Castle memang bukan karya yang gampang untuk dicerna. Walau setting ceritanya menarik dan penokohan tokohnya kuat, namun novel yang minim obrolan ini bias dibilang rumit alasannya yaitu sepanjang kisahnya mengupas soal kebingungan dan pertukaran jati diri antara tokoh Hoja dan budaknya. Bagi sebagian pembaca, pertukaran jati diri di sepanjang kisah yang diungkapkan secara unik ini mungkin saja menjadi bab yang menarik, namun bagi pembaca yang kurang sabar untuk mencernanya bukan tak mungkin akan menemui kebingungan dalam memaknai novel ini.
Namun yang niscaya novel ini sepertinya menciptakan kita melaksanakan perenungan diri akan makna jati diri. Secara tidak disadari kita sering ingin menjadi orang lain, terlebih orang yang kita kagumi baik secara intelektual maupun secara pribadi. Namun pertanyaannya apakah menjalani kehidupan sebagai orang lain memang bisa menciptakan kita senang ?
Source: bukuygkubaca.blogspot.co.id
---
0 Response to "The White Castle (Orhan Pamuk)"
Post a Comment